![]() |
Foto: http://olabastian.blogspot.com |
Salah
satu bahan pangan yang menjadi andalan petani di sekitar Witihama adalah gaplek
alias uwe tuun. Gaplek diolah
dengan cara pengeringan dari ubi kayu yang dihasilkan di kebun-kebun termasuk
di kebun petani Honihama di Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama. Bahan pangan
ini lalu dijual kepada para pembeli dari Sulawesi. Demikian postingan di salah
satu group facebook oleh seorang penggiat dari kelompok tani setempat.
Aktivitas
perdagangan ini tampak pula berlangsung pada Rabu (29/8) kemarin, sebagaimana
disebutkan dalam postingan. Tampak sejumlah petani mengumpulkan hasil gaplek
masing-masing ke lokasi transaksi di tepi pantai dan dibayar oleh pembeli
secara tunai.
Informasi
menyebutkan bahwa gaplek merupakan makanan pokok orang batu atas, Kabupaten
Bau-Bau, Propinsi Sulawesi Tenggara. Bahan pangan tersebut antara lain didatangkan dari
Adonara. Keterangan lebih lanjut pada postingan menyatakan bahwa
transaksi serupa masih berlangsung lagi di lima titik lain seputar pantai
Witihama.
Menurut Ignasius,
salah satu putra kelahiran Honihama yang sempat mewawancarai kapten perahu,
tiap perahu yang datang minimal bisa membeli sepuluh ribu sampai dua puluh lima
ribu blik gaplek, dengan harga per blik berkisar 12.500 rupiah. Para kapten
perahu tersebut mengungkapkan bahwa mereka singgah dan membeli gaplek dengan
ukuran maksimum muatannya, tetapi mereka mengaku kecewa karena perahunya belum
penuh.
Hasil
pantauan Kepala desa Tuwagoetobi yang juga diinformasikan pada postingan di
group facebook tersebut menyatakan bahwa jumlah perahu yang datang per tahunnya
ke pantai Honihama mencapai 50-an perahu. Parahu-perahu ini membuang sauh di
pantai Wilin, Kemoi, dan Ku One.
Di
Adonara, gaplek selain menjadi makanan ternak, juga dapat diolah menjadi bahan
untuk membuat kudapan seperti putu dan uwe nomi. Oleh warga, kudapan ini sangat
popular saat metin bleban (musim bekarang). Putu dan uwe nomi sering
dihidangkan bersama dengan makanan laut seperti lobo (bulu babi), knikat,
isikaya, dan makanan laut lainnya termasuk lawar ikan.
Ruben Riantoby, selaku salah
seorang partisipan group tersebut mengungkapkan bahwa yang mendesak untuk
diperhatikan pemerintah Kabupaten Flores Timur adalah supaya segera membangun
tempat penampungan dan pemasaran yang layak untuk mendukung kegiatan ini.
Dengan demikian, para petani dalam usaha memasarkan hasil kebun berupa gaplek
ini tidak melakukan di tempat terbuka seperti tampak dalam gambar postingan.
Tempat penampungan tersebut akan menjamin kualitas gaplek, karena produk
tersebut aman dari resiko terkena air hujan. (Teks: Simpet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar